Cerpenmisteri 1000 bait alfiyah

Misteri 1000 Bait Alfiyah
Waktu pertama kali menginjakan kaki saya di lingkungan pesantren, rasanya asing sekali bagi saya, karena setiap harinya yang selalu melihat ayah dan ibu, juga teman-teman sekolah di SMP yang tidak bisa saya lupakan setelah wisuda haflah akhiirussanah berlangsung, karena di pesantren itu disamping lingkungannya yang membuat saya tidak nyaman juga harus jauh dari orang tua, semua di batasi, dan perasaan hati saya rasanya sedih sekali ketika di antar sowan mbah yai “ Sebutan nama pengasuh pesantren.”
“ Assalaamu’alaikum Wr. Wb ” Salam bapak saya.
“ Waalaikumussalaam Wr. Wb ” Jawab salah satu santri dalem
“ Mau sowan ke mbah yai ada kang ?”
“ geh, mbah yai wonten pak, sekedap geh ! ( ya, mbah yai ada pak, tunggu sebentar ya pak ! ) ” jawab santri dalem pas ketika mbah yai keluar.
“ monggo pinarak, enten perlu nopo pak ,,?  ( silahkan duduk, ada perlu apa pak ,,? )”  mbah yai.
“ Niki mbah yai, Bade derek nitipno yogo kulo ten pesantren jenengan ( ini mbah yai, mau ikut menitipkan anak saya ke pesantren mbah yai ) ” bapak.
“ Ow njeh .. niki larene ? ( ow iya ... ini anaknya ? ” sambil lihat saya.
ketika mbah yai menatap saya, hati saya berdebar dan tambah pengen nangis juga kabur pulang tapi tidak berani, jujur saya tidak mau mondok, saya tidak mau jauh dari orang tua, pokoknya pengen kembali pulang.
“ Nak, tidak apa-apa mondok itu enak, temannya banyak, dapat uang saku banyak, tiap satu minggu boleh pulang kok , dan setiap hari bapak dan ibumu pasti jenguk kamu, jadi tidak ada mondok itu jauh dari orang tua, sudah ,, mau ya ,,? ” Ucap mbah yai sambil menatap saya.
 Mendengar kata-kata mbah yai yang halus sambil menatap dan menyentuh kepala saya,  saya merasa tenang dan perlahan saya ucapkan “ geh yai ... “ ucap saya sambil nangis.

Hari pertama di pesantren, saya tidak tau apa yang harus saya lakukan, cuman saya hanya ikut-ikutan bersama santri-santri lain mengaji, rasanya asing semua karena belum ada satu anak yang saya kenal, setelah selesai mengaji ke salah satu dalem, saya langsung pergi ke kamar mandi untuk apa? Tidak lain hanya nangis, karena tidak ada yang bisa membuat hati saya lega selain hanya menangis. Tiba-tiba ada suara dari luar
“ Tok ,, tok ,,, apakah ada di dalam ? ” Santri lain.
“ Iyaa ada ,,” jawab saya sambil cepat-cepat membersihkan air mata dan keluar.
“ Kamu kenapa ? ” tanya santri.
“ Saya tidak apa-apa cuman pengen di kamar mandi ..” jawab saya sambil tergesa-gesa.
“ ow ,, tak kira kenapa ! oh ya nama saya Rozikin ” ucap santri sambil mengulurkn tangannya.
“ Nama saya yazid ” jawab saya, sambil tersenyum karena merasa punya teman baru.
Seiring berjalannya waktu ke waktu saya semakin akrab dengan teman baru saya yakni rozikin, dan ternyata rozikin adalah salah satu santri seneor ( kakak kelas ) saya, saya merasa nyaman dengannya karena dia selalu menemani saya dan memperkenalkan ke santri-santri yang lain, meski hati saya sudah agak nyaman karena sudah punya teman akrab dan kenal dengan santri-santri yang lain, namun, semua itu tidak menghilangkan kebiasaan saya setiap harinya setelah mengaji, yakni selalu pergi ke kamar mandi untuk menangis, dan kebiasaan itu sering saya lakukan bahkan sampai 3 minggu lebih ( hampir satu bulan ).
Waktu pun cepat berjalan, 2 bulan saya hidup di lingkungan pesantren alhamdulillah hati saya sudah ada perubahan yang asalnya setiap habis mengaji tidak ada kebiasaan yang saya lakukan selain pergi ke kamar mandi untuk apa? ya itu melampiaskan kesedihan saya karena di ibaratkan jasad saya saja yang ada di pesantren, namun fiqiran saya ada dirumah bersama kakak, dan ke dua orang tua, juga selalu ingat teman-teman baik saya dirumah, Saya merasa bosan sendiri karena hampir setiap hari kok gini terus ya yang saya lakukan. Hmmm
seiring berjalannya waktu ke waktu setelah 1 bulan ibu jenguk saya, kemudian 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan mulai 2 tahun di pesantren saya tidak di jenguk sama sekali oleh kedua orang tua, saya sangat kangen dengan ibu dirumah, karena bertepatan dengan hari libur, saya memberanikan untuk sowan ke mbah yai untuk minta izin pulang.
“ Assalaamu’alaikum Wr. Wb. ” sambil gemetar karena beradaban ke yai
“ Waalakumussalaam Wr. Wb. Yazid ,, gimana sudah krasan mondoknya ? ” tanya mbah yai.
“ Di hati saya “ alhamdulillaah ” mbah yai masih ingat saya ” ucapan di hati saya.
“ ahamdulillah yai ,,, sudah krasan ” jawab saya ke yai.
“ syukurlah ,, kalau kamu sudah krasan di pesantren ,, kamu mau apa zid ? ” tanya yai sambil menatap saya.
“ ma’af yai saya mau izin pulang ...!! ” pelan-pelan dengan perasaan takut dan gemetar.
“ izin pulang kenapa zid ? ” ucap yai
“ saya pengen pulang karena pengen bertemu orang tua yai ,, ! ” ucap saya.
“ ow ya udah ,, saya izinkan satu hari saja ya ,, besok kembali lagi ,,! ” Ucap yai.
“ geh yai (iya yai) ” jawab saya penuh perasaan senang.
Dengan perasaan senang dan gembira karena mendapatkan izin dari mbah yai saya langsung cepat beresin baju yang mau saya bawa pulang, pas sampai di depan komplek saya bertemu rozikin dan santri-santri, salah satu namanya adalah Rio, Dani, Inal, Rama, Eko sambil bertanya
“ Yazid, kamu mau kemana ? ” tanya santri-santri.
“ saya mau boyong ” jawab saya sambil bercanda hehe.
“ boyong apa’an?  alfiyah aja gak kenal !! ” Ucap Rio.
“ gampang besok-besok juga mau kenalan dengan neng AL kok ,,,” sambil berjalan
“ sok-sok’an ,,, mau kenalan sama neng AL ,, alif bengkong aja tidak tau ” ucap Rio sambil sewot.
Mendengar ucapan rio yang kurang enak didegar saya tidak menanggapi sama sekali karena yang ada di fiqiran saya hanyalah yang penting bisa pulang, dan bertemu ke dua orang tua, saya terus berjalan menuju gerbang pesantren dan mengingat kata-kata rio “ Boyong apa’an ? alfiyah aja gak kenal ” di hati terus timbul rasa penasaran siapa ya alfiyah itu? ah ,,, udahlah munkin saja itu gadis di pesantren ,,, bodoh amat yang penting saya bisa pulang ”
Karena bahagianya hati saya bisa pulang, namun sesampai dirumah tak seperti apa yang saya harapkan, yang saya harapkan ibu dan bapak saya pasti kangen dengan saya  pengen bertemu, tapi ternyata sebaliknya tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, rasa hati saya merasa kecewa dan terpukul sekali atas sikap ibu dan bapak ketika melihat saya pulang.
“ Assalaamu’laikum bu ,, bapak ” ucapan saya sambil buru-buru.
Karena pintu tidak dikunci saya langsung masuk dan berteriak “ ibu ,, bapak ,, saya pulang ,,” tiba-tiba ibu keluar dengan sikap tanpa ada kegembiraan dan yang saya lihat itu hanyalah perasaan tidak suka atas kepulanganku sambil berkata
“ kenapa kamu pulang ? ” tanya ibuku sambil bentak.
“ saya pengen pulang bu ,,, ! ” jawab saya sambil takut.
“ memangnya kamu sudah kenal alif bengkong ? alfiyah ? fi’lul mudhore’, i’rob ? sudah bisa baca kitab kuning ? sudah pintar kamu ? ” ucap ibu dengan sikap marah.
“ belum bu ,, ! karena semua ada batasannya bu ,,, saya tidak berani masuk ke komplek wanita apalagi kenal dengan alfiyah ” jawab saya sambil mengalir air mata saya.
“ sudah ,, sekarang kamu keluar, dan jangan panggil saya ibu, kalo kamu masih pulang lagi ” ucap ibu saya sambil berteriak.
Mendegar ucapan ibu seperti itu saya langsung pamit dan melangkahkan kaki saya keluar dari rumah dan tidak bisa menahan air mata yang terus mengalir membasahi pipi, hati saya rasanya hancur sekali dibandingkan pertama kali awal berangkat ke pesantren.
Dalam perjalanan menuju ke pesantren, kata-kata ibu saya selalu menghantui fiqiran saya dan selalu terbayang-bayang, saya hanya bisa berdo’a saja “ ya allah ,,, berikanlah petunjuk dan jalan keluar yang baik untuk hambamu ini ya allah, hamba sayang kepada orang tua saya, ” sambil menangis. Sesampai depan gerbang pesantren dengan perasaan sedih saya masuk gerbang dan kebetulan ada Dani, Rio dan Rama bertanya
“ loh yazid ,, katanya boyong ? ” tanya rama.
“ boyong apa’an ? boyang boyong, alfiyah kenal dulu, baru boyong ! ” ucap rio sambil sewot.
Lagi dan lagi ucapan salah satu santri itu yang semakin membuat saya risih, menanggapi ucapannya rio yang tidak enak di dengar saya agak emosi.
“ rio ,,, kamu ngomong apa ? emangnya kamu sudah kenal ? oke saya akan buktikan kalo saya bisa kenal dengan neng AL !! ” jawab saya.
“ jangan terlalu memaksa !!! ” jawab rio sambil meninggalkan saya.
Mendengar kata-kata rio seperti itu yang tidak enak didengar, yang ada difiqiran saya hanyalah “ saya harus bisa kenal dengan neng AL, dan dalam jangka waktu 6 tahun tidak hanya kenal, namun sudah berani melamar/meng khitbah neng AL ”
Sesampai komplek saya masuk ke asrama dan kebetulan didalam juga ada teman dekat saya yakni rozikin
“ Yazid ,, katanya pulang kok sudah kembali ? ” tanya rozikin.
“ iya kin ,, saya harus kembali lagi karena ibu saya selalu bilang jangan pulang dan manggil ibu kalau belum kenal alfiyah , dan bisa baca kitab kuning, kira-kira kamu tahu gak kin apa yang harus saya lakukan untuk mengenal alfiyah ? ” ucap saya ke rozikin dengan perasaan sedih.
“ yaa kalau mau kenal alfiyah ya harus mondok lama zid, dan bertahun-tahun, gak kaya kamu sedikit-sedikit boyong ,, gimana mau kenal alfiyah !! ” Jawab rozikin.
“ ow ,, gitu ya kin ,,,” ucap saya sambil diam lihat ke atas.
Suara adzan maghrib pun berlalu  “ allahu akbar ,,, allahu akbar ” langsung saya berangkat ke masjid dan setelah sholat maghrib ada pesan dari mbah yai yang disampaikan oleh salah satu asatidz di pesantren tersebut, yang mana surat tersebut berisi “ semua santri diwajibkan hafalan alfiyah 1000 bait agar bisa baca dan memahami kitab kuning ” setelah menndegarkan pengumuman semua santri kembali ke asrama masing-masing dan mengaji ke sesuai jadwal pelajarannya.
Dalam hati saya timbul ada rasa penasaran kenapa yang tadi mbah yai mewajibkan hafalan alfiyah 1000 bait, kemudian ibu saya juga bilang “ jangan pulang kalau belum kenal alfiyah ”, sedangkan saya juga ingat perkataan rio “ belum kenal alfiyah kok mau boyong !! ” lantas ada misteri apa? Di alfiyah 1000 bait,,hmmm “ sambil lihat ke atas.
Karena semua santri sudah pada pergi ke dalem untuk mengaji, saya langsung ke dalem ustadz bashori karena malam itu jamnya beliau, dan beliau mengumumkan untuk bisa baca dan memahami kitab kuning kita harus bisa kenal alfiyah, yakni dengan menghafalkan sebanyak 1000 bait, setelah pulang dari dalem kata “ ALFIYAH ” itu selalu menjadi misteri di fiqiran saya ”
Perjalanan dari dalem saya di sapa salah satu teman saya yakni EKO,
“ yazid ,, kamu kenapa kog kaya orang bingung ? ” tanya eko.
“ enggak ,,, saya cuma penasaran ada apa dibalik alfiyah ? ” jawab saya.
“ udah ,, alfiyah tidak usah difiqir ,, yang penting ikuti saja apa kata mbah yai yang disampaikan lewat ustadz bashori ” ucap eko.
“ kamu benar ko ,,, santri itu harus sami’na wa atho’naa agar ilmu kita manfa’at  kan gitu ko kata ustad bashori ” ucap saya sambil menggandeng teman saya eko.
“ sudah tau gitu nanya yazid ,, yazid ” eko.
“ yaa namanya orang penasaran eko ,,, sudahlah kita kembali ke asrama ” ucap saya.
Ketika di asrama dulu saya selalu dihantui kata-kata ibu dirumah, namun sekarang yang menghantui saya adalah kata “ ALFIYAH ” sampai tidak bisa tidur, tepat jam 10 : 35 malam saya belum tidur sendiri, di sampingku ada dani, eko, rama, dan santri-santri yang lain sudah tidur.
“ yazid ,, kenapa kamu tidak tidur ? ” tanya dani sambil pelan-pelan karena ngantuk.
“ saya dihantui alfiyah ,,, apakah kamu tahu alfiyah ? ” jawab saya.
“ alfiyah kan putrinya abah yai zid ,, panggilannya neng AL ” ucap dani.
“ ah masak sih ,,, dan ? ” jawab saya ke dani sambil penasaran.
“ sudahlah zid ,,, yang penting alfiyahnya dihafalkan ,, ingat apa kata yai ” ucap dani sambil merem.
Mendengar ucapan dani saya semakin penasaran “ mulai besok saya harus mulai hafalan alfiyah, ada apa dibalik alfiyah 1000 bait, udahlah saya tidur”
Saya bangun tepat jam 2 malam untuk melakukan sholat tahajud dan berdo’a kepada allah agar diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu dan juga minta agar diberikan kemudahan dalam menghafalkan alfiyah 1000 bait. Tibalah adzan shubuh berkumandang “ allahu akbar ,, allahu akbar ,,” setelah selesai sholat saya bismillah dan memulai menghafalkan alfiyah 1000 bait setiap hari dari waktu ke waktu, sampai saya keluar ALIYAH lewt 5 tahun, dan setiap harinya selalu muthola’ah dengan teman dekat saya rozikin, dengan seiring berjalannya waktu alhamdulillah saya mampu menghafal 1000 bait alfiyah dan kenal apa itu fi’lul mudhore dll yang berhubungan dengan nahwu dan apa yang telah diucapkan ibu pas saya pulang, sehingga saya sudah bisa baca kitab kuning. Dan waktu itu umur saya tepat 23 tahun, dan di panggil mbah yai ternyata saya di suruh bantu ngajar alfiyah 1000 bait, saya menjawab “ iya yai ,, insya allah ”
Perasaan saya semakin merinding gimana bisa saya ngajar neng AL putrinya abah yai ..hmmm
Ternyata pas saya mau ngajar di suruh masuk ke kelas lain bukan ngajar neng AL .. hati saya “ ALHAMDULILLAH ” sampai 2 tahun saya mengabdi di pessantren.
2 tahun saya bantu di pesantren tanpa tahu keadaan rumah karena saya mau pulang tidak berani karena belum kenal alfiyah.
Waktu pun berjalan sampai petang dan kemudian sholat berjama’ah maghrib, setelah berjama’ah ada surat dari mbah yai yang di bacakan oleh guru saya yakni ustadz bashori isinya “ untuk merayakan hari santri nasional yang bertepatan tanggal 22 oktober 2018 di pesantren akan mengadakan musabaqah yakni hafalan alfiyah 1000 bait ” mendengar itu dalam hati saya ada panggilan untuk mengikutinya, dan banyak sekali santri-santri yang mengikutinya yakni teman dekat saya Rozikin, Eko, Dani, dan santri-santri lainnya, di fiqiran saya dimana si Rio ,, ? ternyata si Rio lagi muthola’ahan dengan santri lain, karena perlomba’an akan segera di mulai, ketika dalam perlomba’an dipanggilah nama saya, hmm saya lihat ternyata yang menyimak abah yai rasanya jantung saya berdebar dan penuh rasa takut  karena berada didepan abah yai.
Alhamdulillah perlomba’an pun telah usai dan tibalah sa’atnya pengumuman dan ternyata abah yai yang membacakan juara 1 nya adalah nama saya : YAZID MUKHLASYN.
Saya hampir tidak percaya dan saya langsung sujud syukur dan menghadap ke abah yai untuk bersalim layaknya santri, kemudian saya di ajak abah yai ke dalem untuk di suruh mengajar alfiyah ,, saya menjawab “ yai ,, kemarin saya sudah bersedia kok yai ,,” jawab saya dengan rasa ta’dhim.
“ bukan itu yang saya maksud ,, yakni mengajari putri saya neng AL sekaligus aku jodohkan kamu dengan putri saya, apakah kamu bersedia ? ” tanya abah yai.
Jujur abah yai bicara seperti itu saya tidak bisa menahan air mata dan dalam hati saya apakah ini misteri alfiyah 1000 bait ? saya langsung menangis karena ingat ibu saya marah-marah ke saya sampai-sampai ibu gak mau dianggil ibu kalau saja berani pulang ke rumah, dan waktu keluar dari rumah saya telah menganggap ibu dan bapak tidak sayang dengan anak, ingin anaknya sengsara, dll. Namun setelah itu saya baru tahu maksud dan tujuan ibu bapak saya adalah sangat luar biasa. Do’a saya “ ya allah ,, ampuni dosa saya allah ,, saya telah salah menilai ibu dan bapak saya yang tidak peduli dengan anak, tidak sayang pada anak, saya dijauhkan darinya ”
Kemudian saya disuruh abah yai pulang kerumah untuk memberitahukan kepada ibu saya bahwa saya sudah kenal dan bisa menikai neng AL atas restu abah yai. Sebelum saya pulang kerumah ibu sudah mendengar kabar itu dan langsung pergi ke pesantren, ketika saya melihat ibu dan bapak saya datang, saya gak bisa menahan air mata dan juga ibu memeluk saya sambil menangisiku dan berkata : “ anakku bukan maksud ibu menjauhkanmu dari ibu dan bapak ,, melaikan ibu sayang kepadamu agar kamu menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang lain , karena ibu dan bapakmu tidak bisa mengasihimu apa-apa, hanya bisa mengasihimu dengan ilmu, karena ilmulah yang utama dan yang kekal nak ,,” mendengar itu saya tidak bisa menahan air mata yang ingin keluar, sambil berkata : “ ya allah ,,  begitu pedulinya ibu dan bapak saya dalam mendidik saya agar menjadi orang yang berilmu dan menjadi orang yang bermanfa’at bagi orang lain, karena ingat hadits rosulullah SAW : Sebaik-baik orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Terima kasih ibu dan bapakku yang susah payah mendidik saya hingga menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat bagi orang lain .” Dan terkadang apa yang di lakukan orang tua itu kita salah menilainya, padahal yang dilakukan kedua orang tua itu justru demi kebaikan dan masa depan kita, dan sebagai orang tua jangan terlalu memanjakan seorang anak karena akan merusak mental anak sehingga tidak bisa mandiri. Usaha yang paling baik untuk mendidik dan menjadikan anak mandiri adalah dengan di titipkan ke pesantren , AYO MONDOK, DAN SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL. SELESAI


Cerpen Sntri : Misteri 1000 Bait Alfiyah.

Komentar